Sejarah IAGI

  • Home -
  • Sejarah IAGI

Sejarah IAGI

Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) adalah organisasi profesi para ahli geologi Indonesia dan pihak-pihak yang memiliki ketertarikan terhadap bidang kegeologian. IAGI didirikan pada 13 April 1960 dan saat ini memiliki lebih dari 10.000 anggota, 7 anak organisasi, 26 pengurus daerah, 3 komisariat, 2 chapter luar negeri, dan 29 seksi mahasiswa dari seluruh Indonesia.

Anggota IAGI terdiri atas geolog, geosaintis, dan bidang profesi terkait kebumian yang berkarir secara profesional pada sejumlah bidang profesi yang variatif, diantaranya; praktisi perusahaan di bidang energi dan non-energi (pertambangan mineral logam maupun non-logam, dan bahan galian), birokrat di instansi pemerintah (kementerian/lembaga negara, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota), peneliti dan akademisi, serta pengusaha di bidang kegeologian yang tersebar di Indonesia dan sejumlah negara lain.

Sejarah Pendirian IAGI

Gagasan pendirian IAGI berawal dari perbincangan antara sejumlah geolog dan mahasiswa geologi yang diantaranya adalah Soetarjo Sigit, Nilo Perbowo, Djajadi Hadikusumo, Sukiyo, Prajitno, Yuni, Ong Han Ling, dan Achmad Effendi Harsa di Kantor Jawatan Geologi Bandung sekitar pekan kedua bulan Maret tahun 1960[1]. Dari perbincangan tersebut dirasa  perlu adanya wadah untuk saling berbagi dan berdikusi dalam pengembangan keprofesian bagi geolog.

Gagasan tersebut pada akhirnya ditindaklanjuti pada Pertemuan Ilmiah Geologi di Bandung yang diselenggarakan pada tanggal 7-12 Maret 1960 dan dihadiri oleh sekitar 35 peserta geolog dari dalam dan luar negeri. Pada penutupan pertemuan tersebut, disetujui keputusan bahwa perlu adanya pembentukan perhimpunan geologi bertaraf ilmiah yang dapat disejajarkan dengan geological societiesdi negara-negara lain yang telah maju, sehingga dibentuk Panitia Persiapan untuk mempelajari kemungkinan pembentukan perhimpunan tersebut.

Pada tanggal 13 April 1960, diadakan pertemuan dengan sejumlah ahli dan asisten geologi di Bandung untuk menjaring ide dan pikiran masing-masing. Panitia Persiapan mengusulkan sejumlah hal untuk mempercepat realisasi pembentukan perhimpunan, yaitu :

  • Perlu dipilih lima orang di antara peserta untuk diberikan tugas mendirikan perhimpunan. Pemilihan kelima orang tersebut didasarkan pada pemilihan dengan suara terbanyak dan kelima orang terpilih itu selanjutnya merupakan ‘Panitia Lima’ (tulisan aslinya Panitya Lima)
  • Panitia Lima tersebut sudah dianggap permulaan dan inti perhimpunan yang bernama Ikatan Achli Geologi Indonesia (IAGI) yang sekaligus dianggap telah berdiri dengan resmi dengan beranggotakan kelima orang yang terpilih itu pada hari 13 April 1960
  • Panitia Lima harus menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga perhimpunan berdasarkan saran-saran yang telah diterima oleh sidang (pada tanggal 13 April 1960) dan setelah mendapatkan pengesahan berupa akta notaris dan lain-lain yang diperlukan, secepat mungkin harus mengumumkan berdirinya perhimpunan ini serta merealisasikan perkembangan berikutnya dengan mengadakan penerimaan anggota berdasarkan ketentuan- ketentuan sponsorship yang telah diterima oleh sidang.

Adapun Panitia Lima adalah Soetarjo Sigit dan Djajadi Hadikusumo dari Jawatan Geologi, John Aryo Katili dan Sartono dari ITB, dan Ismet Akil dari Perusahaan Minyak Indonesia. Soetarjo Sigit terpilih menjadi pimpinan Panitia Lima sekaligus menjadi Ketua IAGI pertama.

Panitia Lima segera menyusun AD-ART, hingga menjelang akhir 1960 AD-ART IAGI sudah selesai dan disampaikan ke Notaris Lie Kwee Nio di Bandung. Namun, ketika belum sempat disahkan oleh notaris, Panitia Lima merasa ada yang kurang dalam naskah AD-ART tersebut, sehingga naskah ditarik kembali. Kemudian setelah ditelaah dan diperbaiki, dan disempurnakan oleh notaris, AD-ART ditandatangani pada 13 Mei 1961 oleh Soetarjo Sigit, John A. Katili, dan Djajadi Hadikusumo atas nama Panitia Lima IAGI dengan saksi Ahmad dan Slamet Hayono. Adapun kata “Achli” yang dipakai pada nama dan dokumen IAGI tersebut berubah menjadi “Ahli” seiring dengan penyesuaian ejaan Bahasa Indonesia pada masa kini.

Prosedur administrasi yang memerlukan waktu relatif lama menyebabkan Panitia Lima baru menerima akta resmi dari notaris pada Januari 1962. Setelah melakukan penataan organisasi, maka pada Februari 1962, Panitia Lima menulis surat edaran disertai formulir pendaftaran untuk menjadi anggota IAGI. Surat dan formulir tersebut diedarkan ke para ahli dan asisten ahli geologi yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Sambutan terhadap organisasi tersebut sangat baik, sehingga pada tahap pertama masuk 36 orang. Anggota IAGI terus bertambah secara berkesinambungan, sampai saat ini terdaftar lebih dari 10.000 orang yang terdaftar sebagai Anggota IAGI yang tersebar di dalam dan luar negeri.

Terkait dengan Panitia Lima, pada akhir 2000-an muncul kabar bahwa pendiri IAGI adalah Panitia Enam. Hal tersebut diketahui dari keterangan foto pada buku biografi Soetaryo Sigit halaman 191 bahwa selain Soetaryo Sigit, Djajadi Hadikusumo, J.A. Katili, Sartono, dan Ismet Akil, ada nama lainnya yaitu Bachtoel Chatab[2].

Ketua IAGI

Selama enam dekade kiprahnya sebagai organisasi profesi, IAGI pernah dipimpin oleh 22 orang geolog. Para Ketua IAGI tersebut dipilih melalui beragam mekanisme sesuai dengan kondisi yang berkembang pada masanya, ada yang melalui pemilihan berdasarkan kesepakatan antar anggota, pemilihan langsung, kombinasi antara pemilihan langsung dan digital, hingga pemilihan yang seluruhnya menggunakan metode dalam jaringan.

Begitu pun juga dengan periode jabatan yang mengalami penyesuaian dengan kondisi di setiap masa kepemimpinannya. Pada tahun 1960-1992, masa jabatan Ketua dan Pengurus Pusat IAGI berlangsung selama satu tahun. Lalu terjadi penyesuaian masa jabatan menjadi dua tahun pada tahun 1992-2002, hingga akhirnya mulai tahun 2002 hingga sekarang masa jabatan berlangsung selama tiga tahun.

Setelah melewati berbagai periode kepemimpinan tersebut, para Ketua dan Pengurus IAGI tentunya memiliki terobosan dan karya monumental yang bermanfaat secara luas. Tercatat ada beberapa karya monumental yang sampai sekarang masih sangat bermanfaat, diantaranya Peta Cekungan Sedimen Indonesia, Sandi Stratigrafi Indonesia, pendirian anak organisasi, pengurus daerah, komisariat, dan chapterIAGI, kode KCMI, program kolaborasi Satu Pengda Satu Geowisata, hingga sarana sistem manajemen organisasi (SIMO) IAGI. Adapun para Ketua IAGI dari waktu ke waktu adalah sebagai berikut :

No.

Nama

Periode

No.

Nama

Periode

1.

Soetaryo Sigit

1960-1961

12.

Sulaiman Zuhdi Pane

1987-1989

2.

Rino Prajitno

1962-1964

13.

Purnomo Prijosoesilo

1989-1991

3.

R.P. Koesoemadinata

1972-1974

14.

Suparka

1991-1994

4.

H.M.S. Hartono

1974-1976

15.

Abdul Wahab

1994-1996

5.

Sukendar Asikin

1976-1977

16.

Yanto R. Sumantri

1996-2000

6.

Fred Hehuwat

1977-1978

17.

Andang Bachtiar

2000-2005

7.

Djajadi Hadikoesoemo

1978-1980

18.

Achmad Luthfi

2005-2008

8.

G.A.S. Nayoan

1980-1981

19.

Lambok Hutasoit

2008-2011

9.

Adjat Sudrajat

1981-1983

20.

Rovicky Dwi Putrohadi

2011-2014

10.

Suyitno Patmosukismo

1983-1985

21.

Sukmandaru Prihatmoko

2014-2020

11.

Achmad Effendy Harsa

1985-1987

22.

Muhammad Burhannudinnur

2020-2023

 

Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) IAGI

Suatu hari di Denver Petroleum ClubAmerika Serikat sedang diselenggarakan pertemuan tahunan AAPG (American Association of Petroleum Geologists)pada tahun 1965. Koesoemadinata yang saat itu tengah menjalani pendidikan doktoral di Department of Geology and Geological Engineering,Colorado School of Minesmendapat kehormatan menjadi pembicara dalam luncheon talkmengenai An Outline of geology of Indonesia. Saat itu sudah mulai ada perhatian dari masyarakat Amerika untuk lebih mengeksplorasi minyak di Indonesia.

Pertemuan ilmiah tersebut sangat membekas dalam ingatan Koesoema, sehingga ketika menjadi Ketua IAGI yang ketiga, salah satu programnya adalah menggelar acara seperti AAPG untuk para ahli geologi di Indonesia. Menindaklanjuti program tersebut, maka digelarlah rapat pengurus di sekretariat IAGI. Ide dari Koesoemadinata mendapat respon positif dari pengurus, sehingga langsung diambil keputusan untuk mengadakan pertemuan ilmiah ahli geologi pertama pada Juni 1972 di Bandung dengan ketua panitia MT Zen.

Tempat penyelenggaraan PIT IAGI pertama hingga ke-30 bergiliran di kota Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, hingga pada PIT ke-31 tahun 2002 mulai diselenggarakan di kota-kota lainnya. Pelaksanaan PIT IAGI juga disertai dengan pelaksnaaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IAGI setiap tahunnya, serta Musyawarah Nasional (Munas) IAGI setiap tiga tahun. Dalam perjalanannya, IAGI menjalin kerjasama dalam penyelenggaraan PIT dengan organisasi profesi lain yang selanjutnya disebut sebagai joint convention dengan mitra Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), dan Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi Indonesia (IAFMI) yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali.

Anak Organisasi, Pengurus Daerah, Komisariat, Chapter,dan Seksi Mahasiswa IAGI

IAGI mempunyai 7 (tujuh) anak organisasi yang merupakan kumpulan Anggota IAGI yang mempunyai keahlian atau minat dalam bidang geologi tertentu. Adapun anak organisasi IAGI tersebut adalah sebagai berikut :

  • Forum Sedimentologiawan Indonesia (FOSI) – bidang sedimentologi
  • Masyarakat Geowisata Indonesia (MAGI) – bidang  geowisata
  • Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia (MGEI) – bidang geologi ekonomi
  • Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) – menaungi geosaintis muda
  • Indonesian Society of Petroleum Geologists(ISPG) – bidang geologi perminyakan
  • Masyarakat Geologi Teknik Indonesia (MGTI) – bidang geologi Teknik
  • Masyarakat Geologi Tata Lingkungan Indonesia (MAGETI) – bidang geologi tata lingkungan

Kehadiran IAGI juga direpresentasikan oleh kepengurusan tingkat provinsi yang dinaungi oleh Pengurus Daerah IAGI, tingkat kota/kabupaten maupun tingkat provinsi yang belum memiliki pengurus daerah yang dinaungi oleh Komisariat IAGI, representasi di luar negeri yang dinaungi oleh ChapterIAGI, serta tingkat perguruan tinggi yang dinaungi oleh seksi mahasiswa IAGI. Adapun saat ini telah ada 26 pengurus daerah, 3 komisariat, 2 chapterluar negeri, dan 29 seksi mahasiswa di segenap wilayah Indonesia.

Program Kerja IAGI

IAGI sebagai organisasi profesi bidang geologi memiliki tujuan untuk mengoptimalkan peran ahli geologi Indonesia dalam mendorong terlaksananya pemanfaatan ilmu geologi bagi sebesar-besarnya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa dan tanah air Indonesia.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka IAGI mengambil peran sebagai wadah penyalur kegiatan, pembinaan, pendidikan, dan pengembangan profesi anggota. IAGI pun juga berperan sebagai sarana penyalur aspirasi anggota dan membangun sarana komunikasi profesional, sosial timbal-balik antar anggota dan/atau antar organisasi profesi lainnya.

Pada periode kepengurusan 2020-2023, IAGI memiliki program kerja unggulan yang meliputi bidang sistem informasi dan manajemen organisasi, sertifikasi dan edukasi, kemandirian finansial, sinergisitas dengan anak organisasi, pengurus daerah/komisariat, dan organisasi profesi sejawat, kewirausahaan, kebencanaan, dan kerjasama antar pemangku kepentingan.