Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Pengda Bali bekerjasama dengan Perhimpunan Ahli Air Tanah Indonesia (PAAI) Sabtu, 16 Nopember 2019 meyelenggarakan kegiatan Diskusi Terbatas yang mengambil thema “Lake Batur Water Heritage in the Perspective of Geology and Hydrogeology”. Sebagai Nara Sumber adalah Irwan Iskandar, Ph.D. dari PAAI dan Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Penida, Airlangga Mardjono, ST.MT. Ketua IAGI Pengda Bali, I Ketut Ariantana dalam sambutan pembukanya menyampaikan bahwa, pelaksanaan kegiatan ini merupakan salah program dari organisasi profesi IAGI yang sudah berdiri sejak tahun 1960. Pengda Bali sendiri dibentuk tahun 2008.
Foto 1: Kata sambutan sekaligus pembukaan dari I Ketut Ariantana, selaku ketua Pengda IAGI BaliPemilihan thema ini semata-mata karena keinginan penegasan dan pemahaman yang lebih mendalam bahwa danau merupakan salah satu sumber daya air yang sudah mutlak dijaga dan dilestarikan, menginngat Danau adalah anugerah Tuhan Yang maha Kuasa, merupakan warisan dari lelehur kita dan akan kita wariskan kepada anak cucu seterusnya. Danau Batur sendiri, terdapat banyak keunikan jika dibandingkan dengan danau-danau lain di dunia, salah satunya adalah terjadinya peningkatan debit pada saat tertentu walaupun bukan musim penghujan. Dari sudut pandang kegeologian dan hidrogeologi hal ini menjadi menarik, dari mana sumber air danau Batur selain dari air hujan..? Pertanyaan selanjutnya adalah, apa air tanah ataupun air permukaan (mata air, air sungai) yang ada di kawasan bagian bawah (kawasan lepasan) bersumber dari Danau ini. Irwan Iskandar yang juga merupakan dosen peneliti dari ITB, menyampaikan berdasarkan data-data sekuder mengambil hipotesis, bahwasanya ada potensi sumber air danau selain dari air hujan, juga dari input dari air sisa proses “Cooling Magma” mengingat Danau Batur sendiri terbentuk akibat dari proses “volcanism”. Namun demikian, hipotesa ini mesti ditindaklanjuti dengan penelitian lebih lanjut. Irwan sendiri akan mencoba memfasilitasi penelitian ini melalui kegiatan pengabdian masyarakat di ITB. Penelitian dengan metode ISOTOP akan menjadi salah satu pilihan, yang saat ini hanya bisa dlakukan oleh Batan dan ITB.
Foto 2: Pemaparan materi dari Irwan Iskandar, mengenai “Lake Batur Water Heritage in the Perspective of Geology and Hydrogeology” Foto 3:Pemaparan materi dari Airlangga Mardjono, mengenai “Kondisi Danau terkini di Provinsi Bali”Sementara itu dari pihak BWS Bali Penida, Erlangga memaparkan “Kondisi Danau terkini di Provinsi Bali”. Dari 4 Danau, Bratan, Buyan, Tamblingan dan Batur semuanya mengalami sedimentasi yang disinyalir dari kegiatan pertanian dan perikanan serta longsoran dari tebing-tebing di seputaran danau. Khusus Danau Batur, menjadi pertanyaan apa volume sedimentasi tersebut sebanding dengan peningkatan volume air danau..? Data menunjukan ada pengaruh, namun tidak signifikan. Juga dijelasan upaya-upaya yang sudah dan yang akan dilakukan dalam penanganan Danau Batur, termasuk masalah peningkatan debit air danau ini.
Foto 4: Kegiatan Diskusi dan tanggapan dari Prof. Redana Guru Besar Teknik Sipil Universitas Udayana
Foto 5: Kegiatan Diskusi dan tanggapan dari Wiwin Suyasa selaku PHRI dan Badan Pengelola Batur Unesco Global GeoparkAgus Karmadi dari IAGI/PAAI sebagai moderator juga menambahkan bahwa selain dari air hujan, juga terdapat beberapa mata air yang mengalir di lereng Gunung Abang, yang berpotensi menambah debit air Danau Batur. Diskusi dengan peserta menjadi menarik, karena yang hadir hampir dari semua kalangan, baik dari Pemerintah Daerah sebagai regulaor, Pengusaha dan PDAM sebagai Pelaku Usaha, LSM terkait, Akademisi/ Mahasiswa, PHRI serta Badan Pengelola Pariwisata Batur UGG. Di akhir acara, Ariantana menegaskan bahwa berbicara air sebenarnya secara siklus hidrologi adalah tetap, namun perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan kebutuhan air akibat peningkatan ekonomi individu, maka air yang sebelumnya mudah didapat, saat ini menjadi barang ekonomis yang kadang sulit dipenuhi karena berebut. Ketersedian air permukaan masih relative tinggi yang diatas kebutuhan, namun belum optimal diambil dan digunakan. Dibutuhkan investasi yang besar untukk mengolah air permukaan sebagai sumber air bersih. Air Tanah diambil melalui Sumur Bor/Sumur Gali yang semestinya menjadi cadangan, saat ini malah menjadi sumber utama. Perkiraan pengambilan dan pemanfaatan air tanah di Bali mencapai 80% lebih. Saat ini kita tidak lagi membicarakan siapa yang salah, dan siapa yang memperbaiki tapi lebih kepada penyadaran masyarakat dan atau pelaku usaha untuk melakukan penghematan penggunan sumber daya air dan melakukan konservasi Sumber Daya Air secara mandiri juga. Acara FGD ini menjadi salah satu media untuk membentuk jejaring (networking) kepedulian kita terhadap kelestarian sumber daya air di Provinsi Bali. (Ketut Ariantana-Ketua Pengda IAGI Bali dan Oka Agastya)
Foto 6:Penyerahan momento kepada para pemateri Foto 7: Penyerahan momento kepada para pemateri Foto 8: Kegiatan photo Bersama peserta FGD
(0) Daftar Komentar