News Details

  • 23-05
  • 2020

SIARAN PERS WEBINAR IAGI PENGDA DKI : "JAKARTA MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM EKSTRIM"

Perubahan cuaca global yang cukup ekstrim, salah satunya ditunjukkan dengan terjadinya banjir Jakarta di awal 2020. Seberapa besar kerentanan Jakarta sebagai ibukota negara mampu menghadapi perubahan iklim ekstrim itu?

Menjawab fenomena itu, IAGI - Pengurus Daerah DKI Jakarta mengadakan webinar bertemakan Jakarta Resilience to The Extreme Climate Change, Rabu 13 Mei 2020.
Narasumber yang diundang diantaranya : Salahuddin Husein, PhD., Octria Adi Prasojo, ST., M.Sc. dan Intan Suci Nurhati, PhD.

Dalam diskusi yang membahas kaitan antara tektonik dengan dinamika pantai, disajikan kondisi fisiografi Jakarta. Jakarta merupakan bagian dataran pantai (coastal plain) dengan kondisi paleogeografi berawal dari daratan (60 juta tahun lalu). Kemudian berubah menjadi lingkungan laut dangkal (20 juta tahun lalu) dan menjadi daratan kembali.

Kondisi lingkungan laut ini, dibuktikan dengan adanya tipe endapan laut yang menjadi batuan dasar dari penampang cekungan Jakarta. Kemudian ditumpangi oleh percampuran endapan sedimen laut-non laut serta endapan volkanoklastik. Perubahan kondisi paleogeografi tidak hanya dipengaruhi oleh adanya eustasi atau naiknya permukaan air laut melainkan juga terjadinya penurunan tektonik yang berlangsung terutama di paparan Sunda dengan kecepatan 0.13 hingga 0.27 mm/ tahun.

Disamping itu, akibat faktor antropogenik dengan tingkat penurunan sebesar 1 sampai 20 cm/tahun, menjadi penyebab utama turunnya dataran pantai Jakarta. Prosentase pengaruh penurunan mencapai 80 - 90 persen, dibandingkan penurunan akibat faktor tektonik sebatas sebesar rata-rata di bawah 5 persen.

Dari konfigurasi data gaya berat, tercatat anomali tinggian di Teluk Jakarta, yang menjadi bagian Kepulauan Seribu. Tinggian utara Teluk Jakarta menyebabkan lokus sedimentasi diendapkan di bagian teluk, dan diikuti dengan kompaksi sedimen serta subsidence atau penurunan yang semakin cepat. Kondisi pesisir utara Jakarta memiliki sifat pantai maju, yang dicirikan adanya beting gisik (beach ridges). Jika aktivitas antropogenik berupa ekstraksi air tanah secara besar-besaran terus berlangsung, akan mendorong penurunan tanah. Akibatnya, dapat membalik sifat pantai menjadi mundur menuju daratan.

Dari respon alami yang berlangsung di pesisir Jakarta bagian utara terhadap terjadinya kenaikan muka air laut (tidal rise), akan berpengaruh pada area pesisir pantai menjadi mudah collapse, mengingat sungai cenderung membentuk geometri melebar.

Kenaikan muka air laut menggeser batas backwater length mundur dengan sungai bergerak atau bermigrasi secara lateral mengerosi daerah bantaran sungai. Pembangunan dam atau reservoir sungai akan mengurangi suspended sediment load, sehingga bagian hilir sungai terjadi peningkatan kecepatan migrasi membentuk meander sungai. Pembentukan meander sungai akan memperlebar daerah bantaran dan dataran banjir.

Perubahan iklim global pengaruhnya terhadap kenaikan muka air laut, akan mempengaruhi luasan daerah terpapar 230-500 m dari pesisir pantai Jakarta. Pemahaman atas sifat alamiah landska, dapat menjadi dasar dalam menentukan solusi teknis menghadapi perubahan iklim, melalui manajemen area hulu, termasuk manajemen ekstraksi air tanah.

Perubahan iklim akibat fenomena El Nino dan La Nina semakin intens mempengaruhi kemusnahan biota bawah laut, terutama spesies karang yang berada di Kepulauan Seribu. Faktor antropogenik berupa pembuangan sampah (terutama plastik) di Teluk Jakarta sngat berpengaruh kepada ekosistem bawah laut melalui penurunan kadar oksigen. Akibatnya, karang menjadi terdampak dan paling rentan terhadap perubahan iklim, dibandingkan ekosistem rumput laut dan mangrove.

Perubahan iklim seterusnya akan mempengaruhi kalsifikasi karang. Kondisi ini dapat diamati dari intensitas ketebalan atau densitas karang. Mengingat jika pertumbuhan karang terganggu akan membuat karang cenderung keropos. Juga, perubahan iklim dan antropogenik menaikkan suhu dan nutrien menjadi berlebih, akibatnya tingginya kalsifikasi karang dapat menjadi penyebab kematian karang. Pengamatan perubahan iklim dari sisi pertumbuhan karang, menjadi warning alarm. Pemerintah diharapkan dapat menjaga dan mengelola nilai sektor pariwisata Kepulauan Seribu. Tanpa komitmen Pemerintah, sebagian wilayah pulau di Kepulauan Seribu akan terdorong tenggelam akibat kenaikan muka air laut. (David Ontosari, Rosmalia Dita, Singgih Widagdo, dan tim Pengda DKI/ Biro media internal IAGI)