News Details

  • 23-05
  • 2020

DISKUSI PAKAR “MENGENAL LEBIH DEKAT TEROWONGAN TEROWONGAN TOL PERTAMA DI INDONESIA: ASPEK GEOLOGI DAN GEOTEKNIK TEROWONGAN CISUMDAWU”

Pada 14 Mei 2020 lalu telah berlangsung Diskusi Pakar ke 6 dalam rangka ulang tahun Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ke 60. Tema yang diangkat pada diskusi kali ini adalah Mengenal Lebih Dekat Terowongan Tol Pertama Di Indonesia: Aspek Geologi dan Geoteknik Terowongan Cisumdawu. Diskusi ini dilakukan secara daring menggunakan aplikasi ZOOM, dengan total pendaftar mencapai 513 peserta dan dihadiri kurang lebih 250 peserta dari berbagai latar belakang, seperti akademisi, professional serta kalangan umum.

Diskusi Pakar kali ini mengangkat isu Geologi Teknik pada terowongan yang dimoderatori oleh Muhammad Zelandi dari Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) dengan menghadirkan 2 narasumber yang berpengalaman dalam bidang infrastruktur terowongan dan geologi teknik. Beliau adalah Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T. yang merupakan ketua dari Masyarakat Geologi Teknik Indonesia (MGTI) dan anggota Kelompok Keilmuan Geologi Terapan, Institut Teknologi Bandung serta Fahmi Aldiamar, S.T., M.T. yang merupakan kepala dari Balai Penelitian dan Pengembangan Geoteknik Jalan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Dr. Eng. Imam Achmad Sadisun, S.T., M.T. mengenai aspek geologi teknik yang ada pada Terowongan Cisumdawu serta bagaimana peranan pengetahuan geologi teknik dalam kesuksesan dan perencanaan proyek infrastruktur tersebut. Informasi yang didapatkan dari kondisi massa seperti yang disebutkan oleh Hudson dan Harrison (1997) sebagai DIANE (Discontinuity, Inhomogenous, Anisotropy dan Non-elastic) di suatu lokasi akan sangat membantu dalam menentukan klasifikasi massa batuannya. Klasifikasi massa batuan juga kedepannya akan menjadi penentu bagaimana kelayakan, penyusunan desain awal terowongan, desain lanjutan bahkan hingga konstruksi terowongan berlangsung dengan melakukan pendekatan design as you go yang artinya masih dapat berubah tergantung proses dinamik pada proyek terowongan tersebut. Secara geologi teknik diketahui bahwa lokasi terowongan merupakan Perbukitan Vulkanik Denudasional pada hasil endapan gunungapi muda tak teruraikan (Qyu), dengan kondisi litologi lempung lanauan, lanau pasiran, tuf dan breksi vulkanik yang memiliki sifat mendekati tanah, serta kondisi muka air tanah bebasnya pada 15 – 20 m dan muka air tanah tertekan pada kedalaman 75 – 100 m. Adapun pemaparan pertama diakhiri dengan kesimpulan bahwa hasil investigasi geologi teknik pada terowongan akan menjadi pemandu dalam menjamin keamanan dan keberlangsungan suatu proyek serta berdampak kepada efisiensi biaya.

Pemaparan materi kedua disampaikan oleh Fahmi Aldiamar, S.T., M.T. mengenai aspek geotek dari pembangunan Terowongan Cisumdawu. Terowongan Cisumdawu memiliki lokasi yang tidak jauh dari Bandung, Jawa Barat dan termasuk dalam Proyek Strategis Nasional, dengan jenis Terowongan Kembar (Twin Tube Tunnel) sepanjang 472 m, lebar 11,7 m dan tinggi 8,5 m. Metode penggalian yang digunakan adalah NATM (New Austrian Tunneling Method) serta Cut-and-cover melalui mekanisme 3-bench-7-step. Menariknya, pada pekerjaan ini standar klasifikasi massa yang digunakan adalah JTG Code of Design of Road Tunnel yang kemudian dibandingkan terhadap JSCE Standard Specification of Tunneling 2006, dengan hasil kategori DII dari kecepatan gelombang elastisnya. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan perkuatan terowongan memanfaatkan forepolling yang diikuti penggunaan steel-pipe grouting pada bagian atas terowongan. Kemudian langkah selanjutnya berupa pemasangan steel rib untuk memperkuat konstruksi serta penulangan yang diikuti pengecoran beton, diakhiri pemasangan lapisan kedap air dan pengecoran akhir pada terowongan. Sementara portal yang digunakan berada di lereng dengan sistem split bamboo type berdimensi muka lereng yang besar, sehingga perlu dilakukan evaluasi agar tidak mengalami keruntuhan.

Setelah dilakukan paparan dari kedua narasumber, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi antara narasumber dan peserta terkait materi yang disampaikan. Karena keterbatasan waktu maka sesi diskusi ini dibatasi 4 pertanyaan yang menarik, baik dari penggunaan klasifikasi massa batuan, teknis penggalian terowongan, identifikasi batuan atau tanah serta kondisi mekanika batuan terhadap teknis konstruksi dari terowongan tersebut.

Kegiatan diskusi dengan para pakar yang dilaksanakan dalam rangka ulang tahun IAGI yang ke 60 ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar dan berbagi informasi terkait ilmu kebumian pada bidang-bidang yang diangkat, serta menjadi bentuk kontribusi IAGI untuk terus berkarya dan bermanfaat bagi Bangsa Indonesia. (Muhammad Zelandi-FGMI/Biro Media Internal IAGI)