Sedimentologi dan stratigrafi cekungan Jawa Barat yang berumur Oligo-Miosen merupakan contoh dan perbandingan yang baik untuk mempelajari lapangan kerja PT Pertamina Hulu Energi-West Madura Offshore yang berada di bawah lepas pantai Madura. Batuan yang terdiri dari perselingan antara batuan silisiklastik dan batuan karbonat memerlukan pemahaman geologi yang mendalam dan komprehensif guna mengurangi resiko ketidakpastian pengeboran serta mengoptimalkan produksi hidrokarbon. Untuk itulah, pada tanggal 3-8 Agustus 2015 dilakukan field trip ke Kepulauan Seribu untuk mempelajari sistem pengendapan dan kontrol lingkungan dalam pembentukan karbonat modern, ke Cipamingkis dan Cibeet untuk mempelajari sedimentasi dan stratigrafi sedimen turbidit fluvio-deltaik, dan ke Padalarang untuk mempelajari karbonat Oligo-Miosen yang kini tersingkap di permukaan. Secara keseluruhan, tujuan dari
field trip ini adalah untuk meningkatkan pemahaman mengenai
play dan
concept dalam eksplorasi hidrokarbon baik di batuan silisiklastik maupun karbonat
Perjalanan dimulai dari PHE Tower menuju Dermaga Marina Ancol pada Senin pagi. Dari sana peserta menggunakan kapal Tidung Express yang membawa peserta menuju Pulau Putri. Pembukaan field trip dilakukan di Pulau Putri Resort oleh IAGI Learning Center dan Robert (bob) Park selaku instruktur. Usai makan siang, peserta mengunjungi stop site hari pertama yaitu di Pulau Putri Barat dan Pulau Belanda, pulau paling barat di Kepulauan Seribu. Benar adanya bahwa Kepulauan Seribu menawarkan perbandingan yang baik dengan endapan terumbu Miosen di Asia Tenggara. Kemiripan ini meliputi tatanan regionalnya (seperti bentuk, ukuran, kedalaman air, dll), tipe dan tekstur litofasies, serta komponen biotiknya (terutama foraminifera, alga merah, dan koral). Pulau Putri Barat dan Pulau Belanda mengindikasikan bagaimana proses angin dan pasang surut memberi andil yang besar dalam sedimentasi karbonat. Acara hari pertama ditutup dengan
sunset cruise, makan malam, dan penerbangan lampion.
Untuk mempelajari bagaimana pengaruh lingkungan dalam pertumbuhan terumbu, peserta juga melakukan perjalanan ke Pulau Kepas, yang merupakan bagian paling timur dari Kepulauan Seribu, pada hari kedua. Pulau ini sendiri merupakan sebuah
platform interior dengan lagoon berpasir yang memiliki pemilahan butir yang buruk akibat badai, sangat kontras dengan
site sebelumnya, yang memiliki butir yang lebih kecil. Acara dilanjutkan dengan
core session di tepi pantai setelah makan siang. Para peserta membuat deskripsi dan analisis geologi batuan inti yang dibor di Pulau Pabelokan dan Pulau Putri Barat. Hari kedua ditutup dengan acara makan malam,
summary session dari Bob dan persiapan
field trip berikutnya oleh Dwiharso Nugroho, dosen Teknik Geologi ITB, selaku instruktur kedua.
[caption id="attachment_2214" align="aligncenter" width="625"]
Foto bersama peserta di Pulau Kepas, bagian paling timur dari Kepulauan Seribu[/caption]
Stop site yang dikunjungi pada hari ke-3 adalah Sungai Cipamingkis di Jonggol. Endapan
marine yang sangat jelas tersingkap dengan sangat baik di dasar sungai yang tengah surut airnya karena musim kemarau. Disini peserta dapat mempelajari endapan turbidit bawah laut yang terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung, yang dibuktikan dengan adanya bioturbasi, konkresi, batuan yang bersifat karbonatan, dan dari struktur sedimennya. Peserta juga mengamati adanya batugamping bioklastik dengan
platy coral, perselingan batupasir-batulempung (
flisch-like), dan juga jejak bioturbasi (terutama tipe skolithos). Rencana kunjungan ke sungai Cibeet terpaksa dihapus untuk menghindari keterlambatan kembali ke hotel Santika TMII.
Batununggal dan Gunung Guha, Padalarang menjadi desitinasi
field trip hari ke-4. Di Batununggal peserta dapat mengamati beberapa siklus batugamping
backstepping yang ditutupi oleh karbonat-silisiklastik. Fosil
platy coral dan
head coral dapat diamati secara langsung di singkapan dengan sangat baik. Sayangnya, karena ada sedikit masalah
safety di area pertambangan di Gunung Guha, peserta akhirnya memutuskan untuk mengunjungi
stop site alternatif yaitu di Gunung Bancana, dekat Gunung Pawon. Secara geologi, peserta dapat menemukan
section yang sama dengan
section sebelumnya, tapi dengan koral yang lebih sedikit. Peserta menjalankan ibadah di mushola terdekat dan bergegas kembali ke hotel di Bandung.
[caption id="attachment_2215" align="aligncenter" width="625"]
Foto bersama peserta di depan singkapan Batununggal, Padalarang[/caption]
Destinasi
field trip di hari terakhir adalah Cikamuning, Padalarang.
Stop site ini lebih diarahkan untuk memahami secara konseptual dengan mengobservasi karbonat dari pandangan panorama. Instruktur juga menunjukkan beberapa
section hasil pengeboran untuk mendeskripsikan singkapan. Peserta juga mengunjungi
stop site kedua untuk mengamati singkapan secara lebih dekat. Setelah shalat Jumat dan makan siang di Kota Baru Parahyangan, peserta menuju kampus Teknik Geologi ITB untuk acara
core session. Disana peserta mengamati batuan inti dari beberapa sumur yang dibor di lokasi
stop site yang peserta kunjungi sebelumnya, yaitu di daerah Cikamuning. Dengan mengamati singkapan dari jarak jauh, mengobservasi dari jarak dekat, kemudian melihat secara langsung batuan inti yang dibor di lokasi yang sama, peserta mendapatkan pemahaman yang komprehensif dan detail mengenai geologi di lokasi yang bersangkutan. Keseruan diskusi dua arah ini ditutup dengan
snack spesial pempek Palembang. Acara keseluruhan
field trip ditutup dengan
summary session oleh Dwiharso Nugroho, pembagian sertifikat, dan penutupan oleh Dwi Mandhiri, selaku perwakilan dari pihak manajemen PHE WMO dan Hari Utomo, dari IAGI Learning Center. Peserta kembali ke Jakarta di hari ke-6, Sabtu 8 Agustus 2015.
[caption id="attachment_2216" align="aligncenter" width="640"]
Pasca acara core session di kampus Teknik Geologi ITB[/caption]
(Solihatun - Field Trip dan Workshop Division IAGI Learning Center)
(0) Daftar Komentar