News Details

  • 17-09
  • 2016

SELAMAT TINGGAL SINGKAPAN LOKASI TIPE FORMASI CINAMBO

Pagi itu, 14 September 2015, sejumlah 14 anggota IAGI berkumpul di Bandung. Mereka adalah perwakilan dari PP-IAGI, Pengda IAGI Jabar-Banten, serta SM (Seksi Mahasiswa)-IAGI (ITB dan Unpad), dipimpin oleh Ketua Umum PP IAGI, Sukmandaru Prihatmoko. Rombongan itu akan melakukan ekskursi ke Waduk Jatigede untuk melakukan ”kunjungan perpisahan” ke laboratorium alam geologi terutama sekali Lokasi Tipe Formasi Cinambo yang tak lama lagi akan tenggelam.

Ekskursi ini dimaksudkan untuk mendokumentasikan singkapan geologi terutama sebagian dari Formasi Cinambo sebagai bahan pengajaran kepada calon-calon geolog yang tak akan bisa lagi melihat Lokasi Tipe Formasi Cinambo secara fisik di masa datang.

Tepat pukul 08.00, setelah ada pengarahan dan doa bersama, rombongan meluncur ke Sumedang, dan langsung menuju ke area proyek Waduk Jatigede. Rombongan IAGI kemudian diterima oleh pejabat kantor Waduk Jatigede, Kementerian PUPR di antaranya Dwi Agus Kuncoro (Kabid Program dan Perencanaan Umum BBWS Cimanuk-Cisanggarung), Anwar Makmur (ahli geologi di Kantor Waduk Jatigede) dan lain-lain.

Presentasi tentang waduk Jatigede diberikan oleh Anwar Makmur mewakili tim teknis waduk Jatigede yang menjelaskan seluk-beluk pembangunan dan spesifikasi waduk serta rencana pemanfaatan waduk tersebut. Setelah itu rombongan segera turun ke lapangan dipandu oleh ahli dan staf dari kantor Waduk Jatigede. Mereka ingin memperoleh gambaran terakhir mengenai proses penggenangan yang akan menjadikan beberapa obyek geologi tenggelam.

Seperti dijelaskan oleh Anwar, Waduk Jatigede dibangun di wilayah adminsitratif Kabupaten Sumedang dengan membendung aliran Sungai Cimanuk. Air yang terkumpul dalam bendungan tersebut digunakan untuk mengairi areal pertanian di wilayah Majalengka, Indramayu, dan  Cirebon seluas lebih dari 90.000 hektar. Waduk itu sekaligus juga menjadi sarana penyediaan air baku untuk ketiga wilayah tersebut. Tak kalah pentingnya, waduk ini juga akan menjadi instrumen pengendalian banjir di kawasan Indramayu seluas 14.000ha.

Masih menurut Anwar, selain sebagai sarana irigasi, Waduk Jatigede juga berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA), yang saat ini di wilayah itu terdapat di PLTA Parakan Kondang. Dengan dibangunnya Waduk Jatigede, kapasitas pembangkit listrik tenaga air tersebut dapat ditingkatkan. PLTA ini akan menghasilkan listrik dengan kapasitas 110 megawatt. Waduk ini juga akan menjadi daerah wisata yang akan menambah pendapatan pemerintah daerah dan masyarakat sekitar waduk.

Nantinya, dalam kapasitas penuh, bendungan ini akan menampung 979,5 juta meter kubik air, dan menenggelamkan kawasan seluas sekitar 41,22 kilometer persegi. Yang menjadi perhatian IAGI dan para geolog adalah ketika nantinya waduk sudah penuh air, maka sebagian besar  situs geologi di wilayah Jatigede dan sungai Cinambo yang selama ini menjadi salah satu lokasi obyek ekskursi lapangan dan penelitian geologi akan tenggelam.

Memang sudah sejak lama kawasan ini menjadi perhatian para geolog. Van Bemmelen yang tinggal di Indonesia pada masa penjajahan Belanda pernah meneliti wilayah ini, dan kemudian melakukan pembagian zona batuan berdasarkan kenampakan morfologi daerah tersebut. Secara fisiografi, van Bemmelen membagi Jawa Barat ke dalam lima jalur fisiografi. Pembagian fisiografi tersebut adalah sebagai berikut: (a) Zona Dataran Rendah Pantai Jakarta (b) Zona Bogor (c) Zona Bandung (d) Zona Pegunungan Bayah, dan (e) Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)

Berdasarkan pembagian zona ini, daerah waduk Jatigede termasuk ke dalam Zona Bogor berbatasan dengan Zona Bandung. Zona Bogor terbentang mulai dari Rangkasbitung, Bogor, Purwakarta, Subang, Sumedang, hingga Bumiayu di Jawa Tengah. Zona ini berupa antiklinorium dari strata Neogen yang terlipat sangat kuat. Pada zona ini juga banyak terdapat intrusi batuan hipabisal. Zona ini terlihat sebagai bukit-bukit yang merupakan hasil dari intrusi dan bentuk dari volcanic neck.

Kemudian dari sisi geologi berdasarkan Peta Geologi Lembar Arjawinangun, kawasan ini terdapat empat formasi yaitu Formasi Cinambo, Formasi Halang, Batuan Volkanik Muda, serta Breksi Terlipat. Dengan keanekaragaman batuan tersebut, tak salah jika banyak geolog mengatakan bahwa kawasan yang akan terendam ini adalah merupakan salah satu laboratorium alam geologi. Walaupun sebenarnya keempat (4) formasi ini masih tersingkap di sebelah barat dan timur area genangan Jatigede salah satunya di wilayah Majalengka sekitar Bantarujeg dan sekitarnya, sungai Cilutung, serta di Kadumalik, perbatasan Kab. Sumedang dang Majalengka.

Formasi Cinambo merupakan formasi tertua, berdasarkan kandungan fosil foraminifera, umurnya adalah Miosen Bawah sampai Miosen Tengah. Tapi Samodra (2008) mengatakan Formasi Cinambo berumur Miosen Tengah-Akhir. Formasi ini dibagi dua, yaitu: Anggota Batupasir (bagian bawah) dan Anggota Serpih (bagian atas). Anggota Batupasir terdiri dari graywake, yang berciri perlapisan tebal dengan sisipan serpih, batulempung tipis, batupasir gampingan, tuf, batulempung, dan batulanau. Anggota Serpih terdiri dari batulempung dengan sisipan batupasir, batugamping, batupasir gampingan, dan batupasir tufan. Tebal Formasi Cinambo ini diperkirakan 400 – 500 meter.

Di atas Formasi Cinambo adalah Formasi Halang, yang terdiri atas Anggota Halang Bawah dan Anggota Halang Atas. Anggota Halang Bawah terdiri dari breksi gunungapi yang bersifat andesitik sampai basaltik, batulempung, tuf, dan konglomerat. Anggota Halang Atas terdiri dari batupasir tufan, batulempung, dan konglomerat. Formasi ini berumur Miosen Tengah sampai Miosen Atas. Kemudian Endapan Hasil Gunungapi Tua tidak selaras menutupi breksi terlipat. Endapan Gunungapi Tua terdiri dari breksi lahar dan lava andesitik sampai basaltik. Endapan ini berumur Pleistosen Tengah sampai Pleistosen Atas.

Dari sisi geologi, selain tenggelamnya sebagian laboratorium alam, yang menjadi perhatian dan kekawatiran adalah keamanan bendungan karena daerah itu dilewati Sesar Baribis yang  membentang dengan arah barat-timur di bagian utara Jawa Barat dan menyambung ke Sesar Kendeng di Jawa Tengah dan Jawa Timur (mengacu ke Simandjuntak dan Barber, 1996). Tetapi kekhawatiran ini telah diklarifikasi oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono pada pertemuan dengan PP IAGI pada 21 Agustus 2015. Karena menurut dia dalam pembangunan Bendungan Jatigede telah dilibatkan pada pakar dari berbagai ilmu termasuk geologi yang tergabung dalam Komisi Keamanan Bendungan. Para ahli tersebut memiliki deskripsi pekerjaan yang mencakup hampir seluruh proses dari mulai perencanaan, pembangunan tubuh bendungan, proses penggenangan area waduk, hingga pengoperasian waduk. Akhirnya memang keputusan sudah final. Bendungan yang sudah direncanakan sejak jaman Presiden Sukarno (yang berarti sudah melewati lima presiden) segera hadir dan beroperasi.

Setiap pembangunan yang bertujuan untuk kepentingan masyarakat pada dasarnya selalu membawa konsekuensi. Tak terkecuali, pembangunan Waduk Jatigede. Salah satu konsekuensi  adalah lenyapnya sebagian laboratorium alam geologi. Mahasiswa geologi, terutama dari perguruan tinggi di Jawa Barat, khususnya mahasiswa ITB dan Unpad, sudah tak asing dengan lokasi tipe Formasi Cinambio ini, sehingga hampir pasti merasakan kehilangan.

Karena itu pula rombongan IAGI tersebut ketika berkunjung ke Waduk Jatigede menyempatkan untuk melihat dan mendokumentasikan singkapan lokasi tipe Formasi Cinambo yang terakhir kali sebelum nantinya tenggelam. Sebelum menengok singkapan, pada pukul 11.30  rombongan juga diajak ke lapangan proyek untuk mengetahui desain dan rekayasa geoteknik proyek Waduk Jatigede tersebut. Pada kesempatan tersebut, rombongan IAGI juga diajak melihat area relokasi warga yang tempatnya sudah tergenang. Relokasi dan pembangunan rumah dan fasilitasnya masih berlangsung dengan baik saat rombongan IAGI meninjau lokasi.

Acara kunjungan lapangan ini berakhir pada pukul 17.00. Terima kasih disampaikan kepada Kantor Waduk Jatigede, dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang telah mengakomodasi dan mendukung kunjungan ini serta memberikan penjelasan tentang semua aspek terkait dengan bendungan dengan baik.. ‘’Selamat tinggal singkapan Lokasi Tipe Formasi Cinambo’’.@

Sumber: Berita IAGI-VII, halaman 38-41 (2016)