Bandung, 11 Oktober 2016. Di sela-sela acara Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI dan Konggres GEOSEA, IAGI mengeluarkan siaran pers terkait dng pentingnya percepatan eksplorasi mineral dan batubara.
Latar Belakang
Salah satu pengaruh pertumbuhan ekonomi global 2016, adalah tekanan atas harga komoditas global. Dalam 2 (dua) tahun ke depan, harga komoditas diproyeksikan akan relatif tetap rendah. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang, termasuk Indonesia, yang masih sangat bergantung pada ekspor komoditas, dipastikan pertumbuhan ekonomi masih tetap melemah. Bahkan, Bank Indonesia, mempoyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional 2016 sebesar 5.1 %. Pemerintah harus membuat terobosan agar sektor pertambangan bergairah.
Oversupply pada sejumlah komoditas di tengah pertumbuhan ekonomi yang rendah, menempatkan harga komoditas migas dan tambang (mineral dan batubara) akan tetap tertekan. Sikap negara-negara OPEC yang tetap mempertahankan tingkat produksi untuk mempertahankan pendapatan fiskal mereka, telah membuka mata bahwa kembali tingginya harga minyak, bukan hal yang mudah. Demikian juga komoditas industri mineral dan batubara (minerba), yang selama ini diuntungkan dengan permintaan yang tinggi atas pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Namun, pelemahan ekonomi Tiongkok membuat permintaan komoditas minerba menurun tajam.
Harus diakui, Indonesia bukan pelaku utama dalam memainkan harga komoditas di pasar perdagangan internasional. Yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan melakukan berbagai langkah efisiensi pada skala korporasidisamping langkah strategis jangka panjang memposisikan sumberdaya kebumian sebagai cadangan strategis nasional. Namun, efisiensi jangka pendek yang telah dilakukan oleh pihak pengusaha pelaku industri migas dan pertambangan, tidak akan bergerak optimal selamapemerintah tidak paralel dalam melakukan revisi yang terkait dengan kebijakan fiskal. Sinergi yang terus harus dijaga dan diperkuat antara investor migas dan pertambangan menjadi sebuah startegi nasional, menjadi jalan untuk memperkuat pemerintah dalam keinginannya untuk terus meningkatkan pendapatan dari sektor migas maupun minerba sebelum sektor ini dapat memposisikan diri sebagai cadangan nasional. Perlu diingat, dalam pelaksanaan kegiatan sektor ini tetap harus terjaga dalam koridor good mining practices.
Atas tekanan harga komoditas, dipastikan hampir sebagian besar dan bahkan semua investor telah mengurangi budget eksplorasinya. Hal ini dirasa cukup ironis mengingat untuk menghadapi tantangan nasional ke depan, khususnya kepentingan atas pendapatan negara dan reposisi sumberdaya sebagai ketahanan nasional, neraca inventori sumberdaya energi dan minerba harus terus terjaga tetap positif dan bahkan diharapkan meningkat tajam untuk tujuan nasional tesebut.
Menghadapi serta memecahkan masalah di sektor pertambangan minerba, perlu sikap tegas dan konsistensi pemerintah atas visi jangka panjang dan misi berjangka lebih pendek yang harus dimiliki . Bagi Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) sebagai organisasi profesi yang telah berusia 56 tahun, partisipasi aktif dalam menyelesaikan isu yang menyelimuti industri yang terkait dengan ilmu kebumian menjadi salah satu tanggung jawab keahlian profesi demi pencapaian cita-cita negara.
Usulan IAGI
Melihat masalah makro dihadapi oleh industri pertambangan minerba saat ini dan ke depan serta mengingat hampir semua profesi kegeologian terlibat secara profesional dalam industri kebumian ini, maka untuk menjaga kepentingan nasional secara menyeluruh, IAGI mengusulkan solusi sebagai quick win dengan harapan agar industri pertambangan minerba dapat terus terjaga dan tumbuh ke arah lebih konstruktif, demikian kata Ketua Umum IAGI, Sukmadaru Prihatmoko di hari pembukaan PIT IAGI dan Konggres GEOSEA di Bandung.
Adapun usulan atau quick win sebagai berikut:
(0) Daftar Komentar