News Details

  • 16-10
  • 2016

TAMBANG UNTUK KEHIDUPAN

Bandung, 15 Oktober 2016. "Tambang Untuk Kehidupan" adalah tema utama acara Kompasiana Nangkring yg digelar di Museum Geologi Bandung sore hari tanggal 15 Oktober 2015. Acara yang diadakan oleh Kompasiana dalam rangkaian peringatan Hari Pertambangan dan Energi dimaksudkan untuk mensosialisasikan peran besar dan manfaat penting pertambangan bagi bangsa dan negara, di samping kesan "negatif" yang selama ini tertempel pada kegiatan pertambangan selama ini.

Hadir pada acara ini lebih dari 50 blogger (Kompasioner) dari berbagai kalangan, akademisi dan mahasiswa, perwakilan asosiasi profesi (IAGI, MGEI, Perhapi) dan para pemerhati pertambangan lain. Acara yang dikemas dalam bentuk diskusi panel menghadirkan 3 narasumber yaitu Sukmandaru Prihatmoko (Ketua Umum IAGI), Aryo Prawoto Wibowo (Pengajar FTTM ITB), dan Kerry Rumbino (PT Freeport Indonesia).

Pemaparan berkisar dari bagaimana bahan tambang terbentuk, peyebaran dan potensi sumberdayanya di Indonesia, bagaimana kegiatan penambangan dijalankan dengan memenuhi kaidah "good mining practices" serta perhatian penanganan lingkungan dan keselamatan kerja. Juga ditayangkan bagaimana PT. Freeport beroperasi selama ini. Isu tentang menurunnya kegiatan eksplorasi yang mengakibatkan turun drastisnya jumlah penemuan (discovery) sejak beberapa tahun lalu juga diangkat oleh IAGI pada diskusi ini. Langkah usulan dan masukan IAGI untuk mengatasi situasi ini juga dipaparkan seperti yang pernah di buat siaran pers beberapa hari sebelumnya - lihat SIARAN PERS IAGI: MORATORIUM IUP HARUS SEGERA DICABUT

Hari Pertambangan dan Energi sendiri yang diperingati pada acara ini sebenarnya jatuh pada tanggal 28 September lalu. Pada tanggal tersebut di tahun 1945 merupakan hari pengambil-alihan kantor Jawatan Geologi dari pihak Jepang. Sejarah hari jadi Pertambangan dan Energi ini ditayangkan dalam bentuk film pendek (yang dibuat oleh Badan Geologi) pada acara ini. Disebutkan bahwa pada hari Jumat tanggal 28 September 1945 pukul 11.00, setelah sehari sebelumnya pemerintahan RI mengistruksikan pengambil-alihan kantor-kantor yang masih dikuasai Jepang, maka sekelompok pegawai muda di kantor Chisitsu Chosasho (Jawatan Geologi) pun bertindak; mereka dipelopori oleh Raden Ali Tirtosoewirjo, Arie F. Lasut, R. Soenoe Soemosoesastro dan Sjamsoe M. Bahroem yang mengambil alih dengan paksa kantor Chisitsu Chosasho dari pihak Jepang. Dan sejak saat itu nama kantor diubah menjadi Poesat Djawatan Tambang dan Geologi yang sekarang berlokasi di komplek Museum Geologi sebagai kantor Badan Geologi. Arie Lasut sendiri di masa perang kemerdekaan sangat berjasa menyelamatkan dokumen dan laporan geologi dengan membawanya dari Bandung ke Tasikmalaya sampai akhirnya disimpan di Yogyakarta. Akhirnya pada 1949, Arie Lasut ditangkap Belanda dan ditembak hingga gugurnya di Yogyakarta. Almarhum Arie Lasut akhirnya mendapat gelar Pahlawan Nasional atas jasa dan pengorbannya. Kita yakin kepatriotan para pendekar dan pahlawan geologi pertambangan ini akan menjadi teladan bagi para generasi penerus beliau di bidang geologi dan pertambangan. Selamat Hari Pertambangan dan Energi Nasional. (SP/DM)

tuk-foto1 Foto 1: Para narasumber dan moderator di Kompasiana Nangkring (DM) tuk-foto2 Foto 2: Para narasumber dan moderator di Kompasiana Nangkring – di Museum Geologi Bandung (DM) tuk-foto3 Foto 3: Peserta dan narasumber Kompasiana Nangkring (DM) tuk-foto4 Foto 4: Ketua MGEI, Arif Zardi (paling kiri) dan Kepala Museum Geologi, Oman Abdurrachman  (kedua dari kiri) di acara Kompasiana Nangkring (DM) tuk-foto1a Foto 5: COO Kompasiana, Pepih Nugraha dan Ketua Umum IAGI, Sukmandaru Prihatmoko. (Rizal-Kompasiana)