News Details

  • 24-05
  • 2017

EKSPLORASI MINERBA HARUS JALAN TERUS

Jakarta, 23 Mei 2017. Situasi industri pertambangan minerba saat ini perlu dorongan agar lebih bergairah lagi. Harga-harga komoditas tambang sebagai pendorong utama bergulir baiknya industri ini memang masih belum membaik. Namun strategi dan langkah persiapan sudah saatnya dilakukan, sebagai antisipasi siklus “boom and bust” yang menjadi ciri khas industri ini. Saat ini situasinya terpuruk tapi pada saatnya nanti akan membaik mencapai masa “boom”-nya.

Menyikapi hal di atas IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia) dan anak organisasinya MGEI (Masyarakat Geologi Ekonomi Indonesia) mengadakan seminar dan diskusi sehari bertajuk “Industri Pertambangan: Tantangan dan Harapan dalam Pengembangan Eksplorasi” di Jakarta pada 23 Mei 2017. Seperti diketahui kontribusi sektor SDA (termasuk pertambangan umum) pada APBN masih sangat diharapkan. Dari data Kemenkeu (2016), pada PNBP tahun 2016, sebesar Rp 90 trilliun disumbangkan dari sektor sumberdaya alam (SDA), dimana sektor migas berkontribusi sebesar Rp 68 triliun (75% dari total PNBP SDA), sementara sektor minerba menyumbangkan Rp 16 triliun (18% dari total PNBP SDA) – versi Dirjen Minerba adalah Rp27 triliun di tahun 2016. Sementara itu pada APBN 2017, dari total PNBP Rp250 triliun, sebesar Rp 87 triliun ditargetkan dari sektor SDA. Di sisi lain kegiatan eksplorasi sedang sangat menurun yang diindikasikan dengan menurunnya anggaran eksplorasi, yang diikuti penurunan tajam jumlah “discovery” di semua jenis komoditi. Untuk itulah acara ini diharapkan dapat mengupas, mendiskusikan dan memberi masukan bagi pengembangan industri pertambangan utamanya eksplorasi. “Rencananya hasil seminar ini salah satunya akan disampaikan sebagai masukan pada penyusunan Kebijakan Minerba yang sedang dijalankan oleh Ditjen Minerba, Kementerian ESDM” – kata Ketua Umum IAGI, Sukmandaru Prihatmoko dalam sambutan pembukanya.

Dirjen Mineral dan Batubara, Bambang Gatot Aryono pada “keynote speech”-nya di awal acara memaparkan status industri pertambangan saat ini termasuk eksplorasi, tantangan dan kendala yang ada selama ini yang lintas sektor. Sesi pertama diskusi panel dimoderatori oleh Ketua umum IAGI menampilkan 4 narasumber yaitu Adi Maryono: praktisi eksplorasi aktivis IAGI yang juga VP Exploration J-Resources, Simon Sembiring: eks Dirjen Minerba yang berperan besar dalam penyiapan UU Minerba No. 4/ 2009, Yudi Prabangkara: Direktur Infrastruktur Pertambangan dan Energi, Kemenko Kemaritiman, dan Myke Jones: Chairman EMD (Forum for Exploration and Mining Development Indonesia).

Indonesia secara teknis (geologi) masih sangat berpotensi untuk ditemukannya deposit minerba. Meskipun tingkat kesulitan eksplorasi semakin tinggi, “success ratio” semakin kecil, namun satu-dua tambang baru masih bisa dieksekusi. Tantangannya lebih banyak muncul dari aspek non-geologi di antaranya ijin kehutanan (IPPKH), keamanan, penambangan tanpa ijin (PETI) dan juga implementasi regulasi. “Being beautiful is not enough, need to be approachable”, kata Adi Maryono.

Simon Sembiring mengungkapkan bahwa salah satu pemicu berkembangnya eksplorasi adalah pembukaan wilayah (WP-WUP-WIUP) baru. UU Minerba No. 4/ 2009 sudah mengatur hal ini harus dilakukan melalui sistem lelang. Banyak persiapan untuk penerapan sistem lelang ini yang menjadi tugas pemerintah (Ditjen Minerba) untuk mempersiapkannya. Sementara itu Yudi Prabangkara mengungkapkan fakta bagaimana telah marak dan merusaknya PETI yang saat ini sedang ditangani oleh Kemenko Kemartiman. Yang saat ini sedang menjadi fokus pemerintah adalah penanganan pertambangan sinabar (merkuri/ air raksa) terutama di Pulau Seram. Maraknya masalah PETI ini sangat menghambat kegiatan eksplorasi dan pertambangan resmi, seperti halnya diungkap oleh Adi. EMD yang diwakili oleh chairman-nya, Myke Jones menyuarakan bagaimana tidak tertarik-nya Jr Company untuk berinvestasi di Indonesia. Perbaikan regulasi eksplorasi/ pertambangan yang lebih kondusif sangat diharapkan untuk dilakukan oleh pemerintah, ungkap Myke.

Diskusi panel sesi 2 dipandu oleh Ketua Umum PERHAPI, Tino Ardyanto menampilkan 4 narasumber juga, yaitu Terkelin Purba, praktisi pertambangan (Direktur PT MSM) yang juga Penasehat MGEI), R. Sukhyar (eks-Dirjen MInerba, eks-Kepala Badan Geologi) yang sekarang menjadi Staff Ahli, Kem Perindustrian, Singgih Widagdo, aktifis IAGI (Ketua Bidang Kebijakan Publik) yang juga praktisi pertambangan batubara (Berau Coal), serta Ruben Hutabarat dari CITA (Centre for Indonesia Taxation Analysys). Kepastian hukum pertambangan dibahas oleh Terkelin, seorang geology yang juga pakar hokum pertambangan. Sementara itu Sukhyar mengupas masalah hilirisasi, peluang dan harapannya termasuk dampaknya bagi iklim eksplorasi. Sedangkan Singgih banyak memaparkan situasi terkini industri batubara termasuk eksplorasinya. Narasumber ke 4 pada sesi 2 (Ruben) mengungkapkan masalah fiscal dan perpajakan di pertambangan termasuk komparasi antara system PSC (migas) dengan system Kontrak Karya (pertambangan).

Secara keseluruhan seminar dan diskusi menyarankan pentingnya keberlanjutan eksplorasi minerba. Penelusuran semua permasalahan yang menghambat dan alternatif solusinya harus disampaikan kepada pemerintah. Karena banyaknya kendala/ permasalahan yang dapat dipetakan, pemrioritasan harus dilakukan agar penanganannya dapat dilakukan segera. Isu jangka pendek yang perlu segera ditangani di antaranya (1) pembukaan WIUP/ IUP baru melalui system lelang seperti diamanatkan oleh UU, (2) sinkronisasi perijinan terutama antar sektor (di antaranya IPPKH), (3) penambangan tanpa ijin (PETI), (4) permasalahan akses pertambangan yang perlu difasilitasi pemerintah. (SP – Biro Media IAGI)

Seminar Eks Pertambangan 20170524 foto1 Sesi pertama Seminar - Diskusi Panel Industri Pertambangan Seminar Eks Pertambangan 20170524 foto2 Diskusi dan tanya jawab Seminar Industri Pertambangan Seminar Eks Pertambangan 20170524 foto3 “Keynote speech” oleh Dirjen Minerba, Kem ESDM Seminar Eks Pertambangan 20170524 foto4 Foto bersama dengan Dirjen Minerba dan para senior industri pertambangan