News Details

  • 07-05
  • 2020

DISKUSI PAKAR : "TEKTONIK DAN POTENSI KEGEMPAAN DI PULAU SULAWESI DAN PULAU JAWA"

Di penghujung bulan April, 30 April 2020 telah berlangsung diskusi Pakar ke 4 dalam rangka ulangtahun Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) ke 60. Pada kesempatan kali ini tema diskusi yang diangkat adalah Tektonik dan Potensi Kegempaan pulau Sulawesi dan Jawa. Diskusi ini dilakukan secara online dengan total pendaftar mencapai 700 peserta dengan menggunakan aplikasi ZOOM dan dihadiri kurang lebih 300 peserta yang terdiri dari berbagai macam latar belakang bidang ilmu seperti akademisi, professional, dan umum.

Diskusi Pakar kali ini memiliki tema Tektonik dan kegempaan pulau Sulawesi dan jawa, dimoderatori Oleh Almira Mahsa dari Forum Geosaintis Muda Indonesia (FGMI) dengan menghadirkan 2 narasumber yang tentunya memiliki kapasitas ilmu yang mumpuni dan sudah melakukan berbagai macam riset dan studi terkait tektonik dan kegempaan di Indonesia. Beliau adalah Dr. Mudrik Hermawan Daryono S.T, M.T merupakan staf peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Ibu Gayatri Indah Marliyani S.T, M.Sc, Ph.D merupakan staf pengajar dan peneliti dari Teknik Geologi, Universitas Gajah Mada (UGM) dimana beliau2 ini memiliki keahlian di bidang Neotectonics, Tektonika Aktif, Geologi Gempa Bumi dan Geologi Struktur.

Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Bapak Dr. Mudrik Hermawan Daryono S.T, M.T mengenai Tektonik dan Potensi Kegempaan di Pulau Sulawesi, Jakarta dan Sekitarnya. Pemaparan materi diawali dengan penjelasan singkat mengenai proses terjadinya gempa bumi kemudian dilanjutkan dengan penyampaian penelitian terakhir mengenai tektonik dan kegempaan di Sulawesi. Dijelaskan tentang bagaimana Sulawesi menjadi salah satu pulau dengan tektonik teraktif di Indonesia. Karena ternyata pulau Sulawesi terbentuk atas interaksi beberapa lempeng besar sehingga begitu banyak sesar-sesar ditemukan. Yang paling terkenal misalnya, sesar Palu-Koro, salah satu yang sangat aktif dengan cakupan yang sangat panjang dan punya beberapa bagian tambahan, termasuk sesar Matano di Luwu Timur dan beberapa sesar kecil lainnya. Sehingga tidak heran bahwa begitu banyak even gempa yang terekam di pulau ini. Terkhusus pada peneliltian terbaru beliau dan teman2 di LIPI mengenai sesar Matano, ditunjukkan pula beberapa analisis data LiDAR yang cukup menarik, dimana dari data tersebut dapat terlihat jelas pergeseran sinistral dari sungai Pamsoa. Tak hanya itu, berpindah ke pulau Jawa, tepatnya kota Jakarta, yang kita kenal dengan kota metropolitan dan kota tersibuk di Indonesia juga tak luput dari potensi kegempaan, beberapa dugaan penyebab potensi tersebut karena ditemukannya sesar aktif yang ada di sekitaran Jakarta seperti sesar lembang, sesar baribis, sesar Cimandiri dan sesar lainnya. Dijelaskan juga bagaimana pentingnya untuk memperhatikan pembangunan di jalur-jalur sesar aktif dan juga pemetaan jalur sesar aktif. Tak hanya itu kita, dibalik potensi kebencanaan yang ada khususnya di pulau Sulawesi, terdapat pula potensi lain yang dapat dimanfaatkan, yaitu dengan memanfaatkan beberapa objek geologi untuk geowisata dan menjadikan objek tersebut sebagai bahan untuk edukasi kebencanaan kepada masyarakat.

Pemaparan materi kedua disampaikan oleh Ibu Gayatri Indah Marliyani S.T, M.Sc, Ph.D mengenai tektonik dan potensi kegempaan di pulau Jawa. Pemaparan diawali dengan informasi bagaimana tatanan tektonik dan sejarah gempa di Jawa. Disampaikan bahwa potensi kebencanaan khususnya gempa bumi di pulau jawa yang ternyata letaknya dekat dengan pemukiman dan kota-kota besar di Indonesia, dari pemodelan data GPS ternyata juga menunjukkan area-area di Jawa memiliki anomali deformasi, dimana dalam analisanya adalah daerah dengan anomaly tersebut kemungkinan berasosiasi dengan struktur geologi (sesar). Selain itu disampaikan juga beberapa profil sesar yang ada di pulau Jawa meliputi sesar Cimandiri, sesar Lembang, Sesar baribis, Sesar semarang, sesar Opak, sesar Kendeng, sesar Pasuruan, dan sesar2 aktif lainnya. Diakhir paparannya Ibu Gayatri menyebutkan bahwa perlu adanya kerjasama yang melibatkan lintas bidang keahlian mulai dari geologi, geofisika, geodesi, maupun kerjasama antar stakeholder seperti pemerintah, akademisi, industri, media dan masyarakat umum untuk bersama2 lebih aware dan peduli dan turut serta dalam berbagai macam bentuk penyuluhan dan penanggulangan bencana tersebut. Dan juga dalam kedepannya kita perlu untuk lebih memperhatikan pembangunan di jalur-jalur sesar aktif dan juga pemetaan jalur sesar aktif yang masih belum terpetakan.

Diskusi-diskusi dengan para pakar yang dilaksanakan dalam rangka ulang tahun IAGI yang ke 60 ini diharapkan dapat menjadi sarana belajar dan berbagi informasi terkait tema-tema yang akan diangkat, dan sebagai bentuk kontribusi IAGI yang akan terus berusaha berkarya dan bermanfaat bagi bangsa Indonesia. (Almira Mahsa-FGMI/Biro Media Internal IAGI)